Monday, August 13, 2012

“CINTA APA ADANYA”

Saya bingung memulainya, tapi yang selalu menjadi pertanyaan dalam diri saya adalah  apakah benar “ada cinta yang apa adanya?” dan apakah benar ada “orang yang mencintai orang lain (sebagai pasangan hidup) secara apa adanya?”. Saya menemukan jawaban “tidak” untuk kedua pertanyaan diatas. (Kenapa?) Karena menurut saya (bukan ahli apapun)
seseorang mencari pendamping hidupnya adalah untuk berketurunan, sehingga secara logika seseorang menginginkan anaknya lebih “sempurna” dari dirinya (benar dong?). Oleh karenanya tentu orang akan mencari pasangan hidup yang baik pula.
Saya spesifikasi seseorang dalam upaya memilih pasangan hidup (menurut versi saya) menjadi (1) Jasmani atau Fisik (2) Rohani atau keimanan (sikap & sifat termasuk didalamnya) (3) Materi (kekayaan) (4) Pekerjaan/kedudukan.
  1. Rohani atau keimanan (sikap & sifat termasuk didalamnya)
    Saya akan melihat sikap, sifat dan keimanannya sebelum memutuskan menikah. Anak yang soleh tidak datang tiba-tiba, harus dimulai dari saat anak masih bayi (bahkan ketika dalam kandungan), selain itu juga dibutuhkan pengasuh (ibu & bapak) yang baik pula.
  2. Kemampuan berfikir otak/tingkat IQ
    Pernahkah anda mendengar jika IQ seseorang akan diturunkan kepada keturunannya? Saya belum menemukan jurnalnya, tetapi saya menemukan buktinya. (singkat cerita) ada tetangga saya yang merupakan kumpulan orang-orang yang ber-IQ pandai (bahkan mungkn diatasnya) mulai dari kakek-neneknya, sampai anak-anaknya….. Subhanallah…… jadi alasan tersebut menggiring saya untuk mendapatkan pasangan yang ber-IQ minimal sama dengan saya.
  3. Jasmani atau Fisik
    Spec ini tidak dapat saya lepaskan dari penilaian untuk memilih pasangan hidup. Hampir semua orang menilai spec ini bahkan saat pertama bertemu. Fungsi spec ini menurut saya adalah untuk menjaga gengsi dari teman-teman, agar lebih percaya diri saat tampil di depan umum. Namun bagi saya, gengsi memiliki anak seloh dan pintar lebih tinggi disbanding hanya gengsi memiliki istri yang cantik.
  4. Materi (kekayaan)
    Menurut saya spec ini tidak terlalu penting, karena rezeki kita telah di “gariskan” oleh Tuhan bahkan sebelum kita dilahirkan. Selain rezeki untuk diri sendiri, Tuhan juga telah menentukan rezeki atas keluarga kita. Dan semoga rezeki keluarga kita baik, amiiiiiiiiiiiin….
  5. Pekerjaan/kedudukan
    Mencari nafkah adalah tugas utama suami, sedangkan tugas utama istri adalah memanagemen rumah tangga. Seorang suami bekerja? Wajib. Seorang istri bekerja? Boleh, tetapi pekerjaan yang tidak menguras waktu dan tenaga. Saya mencari istri yang selalu ada untuk saya dan anak saya, bukan istri yang selalu sibuk untuk pekerjaannya.

Seseorang yang memiliki sopan santun, sholeh/sholehah dan baik dibidang akademik namun ekonominya lemah, berkedudukan rendah dan tidak cantik (juga tidak jelek..hehe) lebih berpeluang dibandingkan orang yang cantik, berkedudukan, berpenghasilan, pintar, namun tidak beriman dengan baik dan tidak mengenal sopan santun.
Jadi, menurut saya “cinta apa adanya” tidak pernah ada, yang ada adalah “cinta adanya apa”. Prioritaskan apa yang paling anda inginkan dari pasangan anda sebagai syarat utama meminang anda. Apakah anda akan merelakan diri anda dinikahi seseorang yang tidak beriman, tidak mengenal sopan santun, tidak rupawan, ber-IQ dibawah rata-rata, miskin,….? Sebaliknya anda menginginkan seseorang perfect di segala spec, ingatlah Tuhan tidak menciptakan manusia yang perfect, Tuhan hanya menciptakan manusia yang memiliki kekurangan agar menyadari bahwa dirinya selalu membutuhkan campur tangan Tuhan dalam kehidupannya.
Sampai disini tulisan saya, terima kasih telah membaca, maaf apabila ada kata-kata yang tidak sopan dan tidak pantas….mungkin ini akan bersambung……

No comments:

Post a Comment