Thursday, June 19, 2014

Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.)



1)      Klasifikasi Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.)

Klasifikasi tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) menurut Cronquist (1981) dalam Steenis (2004) adalah:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub classis       : Rosidae
Ordo                : Fabales
Familia            : Mimosaceae
Genus              : Leucaena
Spesies            : Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.

Tanaman ini mempunyai sebutan berbeda di tiap daerah, misal di daerah jawa Barat dan Jawa Timur, tanaman ini disebut temu gledek atau temu poh, di Jawa Barat disebut dengan koneng badas, koneng lalab, koneng pari dan koneng juho. Di daerah Madura menyebut tanaman ini dengan temu pao (Kardinan, 2003).

2)      Morfologi Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.)

Lamtoro adalah pohon perdu, tinggi 20 meter. Meski kebanyakan hanya antara 5-10 meter. Percabangan rendah, banyak, dengan pepagan kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan berlentisel. Ranting bulat torak, dengan ujung yang berambut rapat. Daun majemuk menyirip rangkap, sirip 3-10 pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada poros daun tepat sebelum pangkal sirip terbawah, daun penumpu kecil, berbentuk segitiga. Anak daun tiap sirip 5-20 pasang, berhadapan, bentuk garis memanjang dengan ujung runcing dan pangkal miring (tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya berjumbai (Siswanto, 2010). 
 Bunga majemuk berupa bongkol (perbungaan capitulum) bertangkai panjang yang berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol, tiap-tiap bongkol tersusun dari 100-180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan berdiameter 12-21 mm, di atas tangkai sepanjang 2-5 cm. bunga kecil-kecil, berbilangan 5, tabung kelopak bentuk lonceng bergigi pendek, berukuran 3 mm, mahkota bentuk solet berukuran 5 mm, lepas-lepas. Benangsari 10 helai berukuran 10 mm dan lepas-lepas. Buah polong bentuk pita lurus, pipih tipis, 14-26 cm x 1,5-2 cm, dengan sekat-sekat diantara biji, berwarna hijau saat muda dan coklat kering jika telah masak, memecah sendiri sepanjang kampuhnya. Berisi 15-30 biji yang terletak melintang dalam polongan, bulat telur terbalik, berwarna coklat tua mengkilap, berukuran 6-10 mm x 3-4,5 mm (Siswanto, 2010).

3)      Kandungan Kimia Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.)

Daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) mengandung abu (11%), nitrogen (4,2%), protein (25,9%), serat kasar (20,4%), kalsium (2,36%), fosfor (0,23%), beta karoten (536mg/kg), energi kotor (20,1KJ/g), dan tannin (10,15mg/g) (Kustiawan, 2001).
Kustiawan (2001) menyebutkan bahwa dalam setiap 100 gram biji lamtoro yang tua mengandung bahan seperti : kalori (148 kal), protein (10,6 g), lemak (0,5 g), karbohidrat (26,2 g), kalsium (155 mg), fosfor (59 mg), besi (2,2 mg), vitamin A (461 SI), vitamin B (0,23 mg), dan vitamin C (20 mg).
Sebagai bagian dari Mimosaceae, tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) mengandung mimosin. Menurut Jones (1985); (Kustiawan, 2001) kandungan mimosin yang dimiliki tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) yaitu 8-12% pada daun muda dan 4-5% pada bijinya.

4)      Manfaat Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.)

Daun lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) digunakan oleh masyarakat sebagai pakan ternak,  sedangkan bijinya digunakan untuk lalapan saat makan ataupun sebagai campuran berbagai makanan. Di daerah Jawa Tengah, biji lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) digunakan sebagai campuran “bothok”. Batang lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) dapat digunakan untuk membuat furniture atau dikumpulkan sebagai kayu bakar. Akar lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) mengandung bitil akar sehingga memiliki potensi besar untuk memperbaiki kesuburan tanah (Kustiawan, 2001).

4 comments: