Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).
Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan tampak hijau pula.
Daun memiliki umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi pirang. Jadi daun yang lebih tua kemudian mati dan runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang masih segar. Perbedaan warna ini terlihat pula bila dibandingkan antara warna daun yang masih muda dengan daun yang sudah dewasa. Daun muda berwarna keputih-putihan, kadang juga ungu atau kemerah-merahan, sedangkan yang sudah dewasa berwarna hijau sungguh.
Daun yang runtuh selalu diganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru yang terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada tumbuhan yang semakin besar didapati jumlah daun yang semakin besar pula, sehingga suatu batang pohon nampak makin lama makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu-waktu tertentu menggugurkan semua daunnya, sehingga tumbuhan nampak gundul seperti tumbuhan mati. Peristiwa seperti ini dapat dilihat ketika musim kemarau pada jenis-jenis tumbuhan tertentu, yang menjelang datangnya musim hujan membentuk tunas-tunas baru dan dalam musim hujan akan kelihatan hijau kembali.
Jenis-jenis pohon yang memiliki sifat demikian disebut tumbuhan meranggas (tripophyta) yang banyak dijumpai di Indonesia, seperti misalnya: pohon jati (Tectona grandis L.), kedondong (Spondias dulcis Forst.), kapuk randu (Ceiba pentandra Gaertn.), pohon para (Hevea brasiliensis Muell.) dan lain sebagainya.
Bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau, dan dudukannya pada batang menghadap ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk:
- pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), berupa zat gas (CO2),
- pengolahan zat-zat makanan (asimilasi),
- penguapan air (transpirasi),
- pernapasan (respirasi).
Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang diambil (diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air serta garam-garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan, sedangkan gas asam arang (CO2) yang merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah halus yang disebut mulut daun (stoma) masuk ke dalam daun.
Zat-zat tersebut belum sesuai dengan kebutuhan tumbuhan, sehingga harus diubah, diolah dijadikan zat-zat organik agar sesuai kebutuhan tumbuhan. Pengolahan zat anorganik menjadi zat organik ini dilakukan oleh daun (sesungguhnya zat hijua atau klorofil-nya) dengan bantuan sinar matahari. Proses ini disebut asimilasi, jadi daun dapat dikatakan sebagai dapurnya tumbuhan. Misalnya gas CO2 yang berasal dari udara dengan air yang berasal dari tanah, di dalam daun diubah menjadi zat gula, dan zat-zat organik yang terbuka di dalam daun seterusnya diangkut ke tempat-tempat dalam tubuh tumbuhan yang memerlukan atau diangkut ke tempat-tempat penimbunan dan disitu merupakan zat makanan cadangan. Karena dalam proses asimilasi daun memerlukan sinar matahari, maka daun bentuknya pipih lebar dan selalu menghadap ke atas untuk dapat menangkap sinar matahari sebanyak-banyaknya.
Setiap benda basah, di dalam ruang yang belum jenuh dengan uap air akan menguapkan air ke dalam ruang tadi. Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang di alam terkenal sebagai peristiwa difusi, yang bertujuan untuk meniadakan perbedaan konsentrasi kandungan air antara ruangan dengan benda yang basah itu. Penguapan itu akan berjalan terus sampai konsentrasi atau kadar air dalam ruangan tempat benda itu sama dengan kadar air dalam benda, atau udara dalam ruangan tadi tidak sanggup lagi menerima tambahan uap air (udara dalam ruangan telah jenuh dengan uap air).
Tumbuhan yang sebagian tubuhnya ada di dalam udara, pada hakekatnya pun merupakan suatu benda basah, suatu benda yang mengandung banyak air. Sehingga selama udara tempat tumbuhan tersebut belum jenuh dengan uap air, selama itu pula tumbuhan akan terus menerus menguapkan air dari tubuhnya. Hanya saja tumbuhan sebagai makhluk hidup dapat mengatur penguapan ini, dapat mencegah atau mengurangi penguapan sesuai dengan kepentingan hidupnya. Walaupun tumbuhan selalu memerlukan air untuk berbagai macam kebutuhan hidupnya, adanya penguapan air tak dapat dihindarkan, lagi pula penguapan air yang terjadi pada tumbuhan penting pula baginya.
Penguapan air melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah itu di dalam tubuh tumbuhan dalam keadaan bergerak, mengalir dari bawah ke atas. Hal ini penting dalam pengangkutan zat-zat makanan yang biasanya terdapat dalam bentuk larutan dan oleh arus air dari bawah ke atas itu zat-zat tadi dapat sampai di daun untuk diubah menjadi zat-zat organik.
Demikian pentingnya adanya arus air dalam tubuh tumbuhan itu, sehingga kalau udara, misalnya udara tempat tumbuhan itu berada, telah jenuh dengan uap air, tumbuhan lalu mengeluarkan air dalam bentuk cair, sehingga dengan demikian dalam tubuh tumbuhan tetap ada aliran air dari bawah ke atas. Peristiwa demikian dapat dilihat pada pagi hari dalam musim hujan, misalnya pada tanaman keladi atau talas yang menguncurkan air ke tanah melalui suatu liang yang terdapat pada ujung daunnya. Keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes ini dinamakan penetesan air atau gutasi.
Semua bagian tubuh tumbuhan yang hidup memerlukan tenaga untuk menjalankan berbagai macam perkerjaan hidup (tumbuh. bergerak, dll), dan seperti halnya hewan dan mausia tenaga itu diperoleh dari pernapasan pula. Artinya tumbuhan pun mengambil O2 dari udara dan zat tersebut kemudian digunakan untuk membakar (mengoksidasikan) hasil asimiasi, misalnya gula, sehingga diperoleh tenaga dan dikeluarkan sisa pembakaran berupa CO2 dan H2O.
Daun-daun sebagai bagian tubuh tumbuhan yang tersusun atas sel-sel yang hidup melakukan pernapasan sebagaimana halnya dengan bagian yang masih hidup lainnya. Mengingat bahwa daun memiliki stoma yang banyak sekali yang dapat menjadi jalan masuknya udara ke dalam tubuh tumbuhan, maka daun dapat dianggap sebagai suatu alat yang penting untuk pernapasan.
No comments:
Post a Comment