Menurut CDC-Malaria tahun 2011, terdapat 3 tahapan dalam siklus
hidup Plasmodium yaitu
- Exoerythrocytic Schizogoni, pertumbuhan aseksual di dalam sel hati atau di luar eritrosit
- Erythrocytic Schizogoni, pertumbuhan aseksual di dalam eritrosit
- Sporogoni, pertumbuhan seksual di dalam tubuh nyamuk.
1. Siklus Schizogoni Exoerythrocytic
Siklus ini dimulai saat sporozoit masuk ke darah manusia lewat gigitan
nyamuk pada permukaan kulit. Setelah – jm sporozoit akan menuju ke hati.
Di dalam sel parenkim hati sporozoit memulai perkembangan aseksual, P.
falciparum selama 5,5 hari dan P. malariae 15 hari, kemudian terbentuk
skizon hati yang akan mengeluarkan merozoit ke sirkulasi darah. P. vivax
dan P. ovale di hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai
bertahun-tahun dan menyebabkan terjadinya relaps (Garcia dan Bruckner,
1996; Harijanto, 2007).
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif mengisap darah manusia,
sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam
peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan
masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang
menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama
kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit
hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi
bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal
di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun- tahun. Pada
suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
dapat menimbulkan relaps atau kambuh (Depkes RI.2006)
2. Siklus schizogoni erythrocytic
Setelah merozoit menyerang eritrosit dan masuk ke dalam eritrosit
parasit akan berubah menjadi bentuk cincin. Parasit memakan haemoglobin
dan menghasilkan pigmen yang disebut hemozoin. Eritro sit lebih elastis
dan dinding berubah menjadi lonjong. Pada P. falciparum tonjolannya
disebut knob yang nantinya penting dalam proses cytoadherence dan
rosetting. Setelah 36 jam invasi, parasit berubah menjadi skizon, dan
bila skizon pecah akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap menginfeksi
eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada P. falciparum, P. ovale
dan P. vivax ialah 48 jam dan pada P. malariae adalah 72 jam (Garcia dan
Bruckner, 1996; Harijanto, 2007).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah
merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon
(8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.
Selanjutnya eritro sit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang
keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang
disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah,
sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium
seksual yaitu gametosit jantan dan betina. (Depkes RI. 2006).
Banyak merozoit dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh, sedangkan
lainnya akan menginvasi eritro sit untuk mulai dengan siklus eritrositik
yang baru. Setelah beberapa generasi siklus eritrositik, beberapa
merozoit tidak berkembang menjadi skizon, tetapi mulai mengembangkan
diri menjadi gameto sit jantan dan betina. Pada tiga spesies Plasmodium
bentuk seksual dan aseksualnya beredar dalam peredaran darah. (Garcia
dan Bruckner, 1996; Harijanto, 2007).
3. Siklus Sporogoni
Menurut Harijanto (2000), apabila nyamuk Anopheles betina menghisap
darah yang mengandung gameto sit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan
dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan
berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di
luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap
ditularkan ke manusia.
Siklus ini dimulai pada saat gametosit yang terbentuk dalam eritrosit
manusia terhisap oleh nyamuk pada saat menggigit. Mikrogametosit yang
terisap bersama eritrosit kemudian keluar dari eritosit dan berubah
menjadi 6-8 mikrogamet yang berbentuk seperti cambuk dan bergerak aktif.
Sedangkan makrogameto sit akan berdiferensiasi menjadi makrogamet yang
memiliki nucleus yang besar di dekat dinding sel. Mikrogamet bergerak
dengan flagellanya mencari makrogamet dan melakukan penetrasi untuk
pembuahan sehingga menghasilkan zygot. Selanjutnya zygot berubah menjadi
fusimormis yang bergerak aktif dan masuk dalam stadium ookinet. Ookinet
membesar dan mulai memasuki sel epitel lambung nyamuk dan diikuti
pembentukan dinding tebal dan selanjutnya disebut oosista. Pembelahan
inti terjadi pada oosista yang telah masak sehingga terbentuk
1000-10.000 sporozoit yang kemudian memasuki hemocoel nyamuk dan
menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk dalam kelenjar ludah nyamuk.
Sporozoit yang berada di kelenjar ludah nyamuk siap diinfeksikan kembali
ke tubuh manusia (Natadisastra dan Agoes, 2009).
Rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam
bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten
atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat
dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik. (Harijanto, 2000).
Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat masuknya gameto sit ke
dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogami dalam nyamuk
yaitu terbentuknya sporozoid yang kemudian masuk kedalam kelenjar liur.
Masa inkubasi Ekstrinsik untuk setiap species sebagai berikut:
- Parasit falciparum : 10 – 12 hari
- Parasit vivax : 8 – 11 hari
- Parasit malariae : 14 hari
- Parasit ovale : 15 hari
Masa inkubasi Intrinsik adalah waktu mulai masuknya Sprozoid darah
sampai timbulnya gejala klinis/demam atau sampai pecahnya sizon darah
dalam tubuh penderita. Masa inkubasi Intrinsik berbeda tiap species:
- Plasmodium falciparum : 10 – 14 hari (12)
- Plasmodium vivax : 12 – 17 hari (13)
- Plasmodium malariae : 18 – 40 hari (28)
- Plasmodium ovale : 16 – 18 hari (7)
Refference, antara lain :
- Http://helpingpeopleideas.com/publichealth/epidemiologi-malaria/
- WHO. 2005. Susceptibility of Plasmodium Falciparum to Antimalarial Drugs: Report on global monitoring 1996-2004. WHO Press.
- Noviyanti, R. 2010. Patogenesis Molekuler Plasmodium falciparum. Dalam Malaria dari Molekuler ke Klinis. EGC 2010
- Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 044/ Menkes/ SK/I/2007 tentang Pedoman Pengobatan Malaria.
- Kemenkes RI. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Edisi I.1:1-16.
- Sutanto, I., Pribadi, W., 2008. Parasitologi Kedokteran. FKUI Press.
- Natadisastra, D., Agoes, R., 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau Dari Organ
No comments:
Post a Comment