ANALISIS INDIVIDU TANAMAN: Pembagian Biomassa (Part 1. Koefisien Biomassa)
Posted by Nursaptia Purwa Asmara on Tuesday, November 18, 2014 with No comments
Apabila data pengamatan, baik hasil dari suatu survei maupun percobaan telah diperoleh dan perbedaan hasil atau produk tanaman dijumpai diantara kondisi (perlakuan) tanaman yang berbeda, maka pertanyaan pertama dapat timbul mengenai perbedaan hasil tersebut. Jawabannya dapat beragam, tetapi suatu jawaban yang sistematis dan kronologis dapat dimulai dari pertanyaan; apakah perbedaan tersebut disebabkan perbedaan pembagian produksi biomassa tanaman kepada bagian tanaman yang dipanen. Dengan demikian, alisis pertumbuhan tanaman, disesuaikan juga dengan tujuan yang dikemukakan di atas, akan diawali dengan analisis parameter pertumbuhan tanaman yang menggambarkan pembagian fotosintat atau biomassa tanaman di antara bagian yang dipanen (hasil ekonomis) dengan bagian lainnya.
Konsep ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil tanaman tergantung pada produksi biomassa dan pembagian biomassa pada bagian yang dipanen. Suatu contoh analisis pembagian biomassa di antara bagian-bagian tanaman pada tanaman jagung, kedelai, padi dan gula bet (sugar beet) ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar distribusi bahan kering di antara bagian tanaman dan pada bidang vertikal, luas daun, dan kuanta cahaya pada beberapa jenis tanaman seperti yang ditunjukkan (Tanaka, 1983) |
Jumlah biomassa yang dialokasikan ke masing-masing bagian tanaman disajikan pada bidang vertikal sesuai dengan distribusinya menurut ketinggian tanaman. Data tersebut disertai dengan informasi luas daun dan transmisi cahaya. Analisis demikian cukup menarik khususnya untuk mendapatkan gambaran morfologi tanaman, tetapi miskin informasi pembagian biomassa yang tegas sebagai faktor yang menentukan hasil. Analisis pembagian biomassa total kepada bagian yang dipanen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian dan telah melahirkan suatu parameter yang sangat umum dikenal yaitu INDEKS PANEN (harvest index yang sering disingkat ). Ini dapat disamakan dengan Koefisien Pembagian Biomassa ( ), istilah yang lebih umum untuk tidak membatasi pembagian biomassa total hanya kepada bagian yang dipanen. Kedua parameter ini untuk pembagian biomassa total kepada bagian yang dipanen dapat memberikan hasil yang sama tergantung pada cara perhitungannya.
Indeks panen ( ) diajukan oleh Donald (1968) sebagai salah satu indikator sederhana dalam pengembangan tipe ideal (ideopyte) tanaman gandum yang tumbuh pada keadaan yang kompetitif pada lingkungan dengan ketersediaan dan unsur hara yang banyak. Ciri-ciri tipe ideal tanaman gandum tersebut adalah batang pendek dan kuat; daun kecil; tegak dan tidak banyak; malai yang besar dan tegak; bulir yang berjanggut panjang; dan batang tunggal. Parameter pertumbuhan ini banyak digunakan tidak terbatas pada aktivitas pemuliaan tapi juga dalam pengujian perlakuan. Tetapi perlu diingat indeks panen sering diperoleh dari hasil bagi antara hasil ekonomis dengan biomassa total tanaman yang dihasilkan selama pertumbuhan. Sementara pembentukkan hasil ekonomis seperti bagian generatif terjadi hanya pada fase tertentu yang dipertimbangkan dalam . Dengan cara perhitungan demikian, informasi yang terkandung dalam tentu berbeda dengan yang terkandung dalam . Perbedaan diantara kedua parameter ini akan dapat dilihat jelas pada uraian kuantitatif berikut ini.
Pendekatan sederhana pertama yang dapat dilakukan untuk mendapatkan penjabaran secara kuantitatif adalah bahwa tingkat alokasi biomassa kepada hasil ekonomis pada keadaan tertentu, misalnya tanaman serealia yang berada pada lingkungan tertentu dan dipanen pada umur yang relatif tetap, diasumsikan konstan. Sehingga hasil tanaman ditentukan hanya oleh produksi fotosintat atau "kapasitas sumber" (source capacity). Dengan perkataan lain, produksi fotosintat yang meningkat akan diikuti secara proporsional dengan peningkatan hasil seperti ditunjukkan persamaan berikut:
di mana adalah hasil ekonomis, produksi biomassa dan koefisien pembagian biomassa. Persamaan diferensial di atas perlu diintegralkan untuk mendapatkan hubungan dengan , dan integral dari persamaan tersebut pada batas dan , di mana dan adalah berat hasil ekonomis dan total tanaman pada suatu waktu tertentu, adalah
Karena yaitu berat pada saat (awal pembentukkan pembagian ) adalah nol, sementara pada saat pembentukkan awal tidaklah nol, maka hasil integrasi di atas adalah
Harga dapat ditafsirkan sebagai berat minimum yang diperlukan untuk membentuk bagian hasil seperti bagian generatif. Dengan perkataan lain, adalah biomassa tanaman minimum yang dibutuhkan tanaman untuk dapat membentuk hasil (hasil tidak akan terbentuk pada berat kering total tanaman di bawah tersebut). Persamaan di atas sesuai dengan kenyataan bahwa ada ukuran minimum untuk dapat membentuk hasil apakah bagian vegetatif (umbi) atau generatif (biji). Karena itu dapat bersifat konstan, sehingga persamaan di atas dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan linier berikut.
Persamaan ini menunjukkan bahwa hasil ekonomis berbanding lurus dengan produksi biomassa total tanaman. Apabila kedua peubah tersebut menunjukkan hubungan linier seperti di atas, maka parameter dapat diperoleh dari lereng (slope) garis yang menghubungkan kedua peubah tersebut. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan hubungan linier demikian. Bambang Guritno (1985) mendapatkan hubungan linier yang nyata di antara berat kering umbi dengan berat total tanaman ubikayu. Hubungan tersebut tidak tergantung pada bahan tanam (stek batang) apakah dari bagian pucuk, tengah, atau pangkal. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar berikut:
Perbedaan berat umbi dan total tanaman yang digunakan untuk membuat hubungan tersebut diperoleh dari perbedaan umur panen, sehingga berat minimum yang diperoleh dari hasil persamaan berhubungan dengan umur tanaman yaitu kuantitas biomassa tanaman yang harus dicapai dalam pertumbuhannya sebelum dapat membentuk umbi. Dari hasil analisis regressi untuk masing-masing bagian batang yang digunakan sabagai bahan tanam (ditunjukkan seperti pada tabel di bawah ini), berat minimum dapat diperoleh dari nisbah konstanta dengan .
Berat kering minimum untuk tanaman ubikayu berdasarkan hasil penelitian ini berkisar antara 82-89 g/tan. Ini berarti tanaman ubikayu membentuk umbi apabila telah mencapai fase pertumbuhan dengan berat kering total tanaman > 80 g/tan, dan kuantitas umbi kemudian ditentukan oleh kemampuan tanaman memproduksi bahan kering tidak tergantung pada asal bahan tanam.
.Perbedaan berat umbi dan total tanaman yang digunakan untuk membuat hubungan tersebut diperoleh dari perbedaan umur panen, sehingga berat minimum yang diperoleh dari hasil persamaan berhubungan dengan umur tanaman yaitu kuantitas biomassa tanaman yang harus dicapai dalam pertumbuhannya sebelum dapat membentuk umbi. Dari hasil analisis regressi untuk masing-masing bagian batang yang digunakan sabagai bahan tanam (ditunjukkan seperti pada tabel di bawah ini), berat minimum dapat diperoleh dari nisbah konstanta dengan .
Berat kering minimum untuk tanaman ubikayu berdasarkan hasil penelitian ini berkisar antara 82-89 g/tan. Ini berarti tanaman ubikayu membentuk umbi apabila telah mencapai fase pertumbuhan dengan berat kering total tanaman > 80 g/tan, dan kuantitas umbi kemudian ditentukan oleh kemampuan tanaman memproduksi bahan kering tidak tergantung pada asal bahan tanam.
0 comments:
Post a Comment