Tata Letak Daun Pada Batang (phyllotaxis/dispositio foliorum)

Posted by Nursaptia Purwa Asmara on Wednesday, March 04, 2015 with 21 comments
Daun biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya, ada pula yang berjejal-jejal pada suatu bagian pangkal batang atau pada ujung batang.

Buku-buku batang (nodus), merupakan bagian batang atau cabang batang tempat duduknya daun. Buku-buku pada batang biasanya tampak membesar dan melingkar batang seperti cincin, misalnya pada Bambu (Bambusa sp.), Tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua jenis rumput. Ruas (internodium), merupakan bagian batang antara 2 buku-buku. Walaupun kadang buku-buku tak tampak jelas pada batang, namun tempat duduknya daun tetap disebut buku-buku dan jarak antara 2 buku-buku dinamakan ruas pula.

Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan mempunyai perbedaan mengenai aturan letak daun satu sama lain pada batang. Aturan mengenai tata letak daun tersebut disebut tata letak daun. Tata letak daun dapat digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan karena tumbuhan yang sejenis mempunyai tata letak daun yang sama.

Untuk mengetahui tata letak daun pada batang, terlebih dahulu ditentukan jumlah daun yang terdapat pada buku-buku yang kemungkinannya:
  1. terdapat 1 daun pada tiap buku-buku
  2. terdapat 2 daun yang berhadap-hadapan pada tiap buku-buku
  3. terdapat lebih dari 2 daun pada tiap buku-buku.

1. Satu Daun Pada Tiap Buku-buku

Pada tiap buku-buku hanya terdapat 1 daun saja, maka tata letak daun yang demikian disebut tersebar (folia sparsa). Walaupun disebut tersebar namun jika diteliti ternyata ada hal-hal yang sifatnya teratur. Jika suatu tumbuhan batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak teratur pada silinder tadi, dan tempat duduknya daun merupakan suatu titik pada lingkaran tersebut, maka akan ditemukan hal-hal berikut.

Jika diambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan bergerak mengikuti garis yang menuju titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, pada suatu saat akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertikal di atas daun pertama yang digunakan sebagai titik tolak. Jika berputar mengikuti garis spiral yang melingkari batang tadi, pada perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegak lurus di atas titik tolak, akan melewati beberapa daun. Kejadian ini akan selalu berulang kembali walaupun dengan daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat beraturan.

Perbandingan antara banyaknya kali garis spiral tersebut di atas melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkar batang (daun pada titik tolak tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang bernilai tetap untuk 1 jenis tumbuhan.

Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun titik tolak garis spiral tadi mengelilingi batang sebanyak A kali, dan jumlah daun yang dilewati sebanyak B daun, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupakan pecahan A/B, disebut rumus daun (divergensi).

Telah diterangkan di atas bahwa untuk mencapai 2 daun yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati sebanyak B daun, berarti pada batang terdapat pula sebanyak B garis-garis tegak lurus (garis vertikal) yang disebut ortistik. Garis spiral yang diikuti melingkar batang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, menurut urutan tua mudanya daun. Garis spiral ini disebut spiral genetik.

Pecahan A/B dapat menunjukkan jarak sudut antara 2 daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara 2 daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah A/B x besarnya lingkaran = A/B x 3600 disebut sudut divergensi.

Pada berbagai jenis tumbuhan, pecahan A/B dapat terdiri atas pecahan: 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Jika diamati deretan pecahan tersebut dapat merupakan rumus daun suatu jenis tumbuhan yang memperlihatkan sifat berikut:
  • tiap suku di belakang suku kedua (suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku di depannya, demikian juga penyebutnya yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku di depannya.
  • tiap suku dalam deret merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku di depannya, sedangkan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depannya dengan pembilang suku itu sendiri.
Deretan rumus daun yang memperlihatkan sifat karakteristik disebut deret Fibonacci (dinamai sesuai dengan penemu deret tersebut).

Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang terlihat daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang sangat pendek sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi dan sulit untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun dengan susunan yang demikian disebut roset (rosula)Roset dibedakan menjadi 2:
  1. Roset Akar, jika batang sangat pendek sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset sangat dekat dengan akar. Misalnya pada Lobak (Raphanus sativus L.)
    dan
    Trichodesma zeylanicum Burm. f
  2. Roset Batang, jika daun yang rapat dan berjejal-jejal terdapat pada ujung batang. Misalnya pada pohon Kelapa (Cocos nucifera L.) dan jenis palma lainnya.
Pada cabang yang mendarat atau serong ke atas, daun dengan tata letak tersebar teratur sedemikian rupa sehingga helaian daun pada cabang tersebut teratur pada suatu bidang datar membentuk pola mozaik (pola karpet) yang disebut mosaik daun.

Bagi cabang-cabang yang mendatar mosaik daun terjadi karena semua daun terlentang ke kiri dan ke kanan menggunakan bidang datar tersebut seefektif mungkin. Letak daun-daun yang demikian misalnya pada pohon Alnus.
Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong ke atas, daun-daun yang tata letaknya tersebar menempatkan helaian-helaian daun pada suatu bidang datar pada ujung cabang, helaian daun muda di tengah dan ke pinggir daun-daun yang lebih tua (biasanya lebih lebar). Hal tersebut karena tangkai daun-daun menuju ke ujung cabang menjadi semakin pendek. Contohnya pada pohon Kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan berbagai jenis Begonia tertentu.

CATATAN: Tata letak daun tersebar yang mengikuti rumus 1/2 oleh sementara penulis dipisahkan dari tata letak daun yang tersebar umumnya, dan disebut duduk daun berseling (folia distica), misalnya pada pohon Talok (Muntingia calabura L.),
Srikaya (Annona squamosa L.), dll.

2. Dua Daun Pada Tiap Buku-buku

Dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan 2 daun di bawahnya. disebut berhadapan - bersilang (folia opposita atau folia decussata),
misalnya pada Mengkudu (Morinda citrifolia L.),
Soka (Ixora paludosa Kurz.), dll.

3. Lebih Dari Dua Daun Pada Tiap Buku-buku

Tata letak yang demikian disebut berkarang (folia verticillata),
misalnya pada pohon Pulai (Alstonia scholaris R.Br.),
Alamanda (Allamanda cathartica L.).
Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun dapat diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.